ASAL-USUL JUMLAH RAKAAT SHALAT LIMA WAKTU

**

*_Ustadz Andi A. Mustakim, Lc., M.H._*

Shalat fardhu lima kali sehari adalah tiang agama. Wajib dilakukan oleh orang muslim yang baligh, berakal, suci dari hadas, sampainya dakwah Islam padanya dan panca inderanya normal dari lahir.

Allah Ta'ala memerintahkan hamba-hambaNya yang beriman untuk shalat fardhu sehari lima kali sebagai wujud ibadah kepada-Nya. Yaitu subuh 2 rekaat, dhuhur 4 rekaat, ashar 4 rekaat, magrib 3 rekaat dan isya' 4 rekaat yang semuanya berjumlah 17 rekaat setiap hari. Inilah shalat yang khusus diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.

Sebagian ulama mengatakan bahwa asal-usul shalat fardhu lima waktu dengan jumlah rekaat yang berbeda-beda adalah sebagai berikut:

*1. Subuh*

Orang yang pertama kali shalat subuh adalah Nabi Adam AS. Ketika beliau keluar dari surga dan turun ke bumi yang ada hanyalah kegelapan, maka beliau sangat ketakutan.

Ketika fajar menyingsing, beliau shalat dua rekaat. Rekaat pertama sebagai wujud syukur atas selamatnya dari kegelapan dan rekaat kedua sebagai wujud syukur atas munculnya sinar matahari.

*2. Dhuhur*

Orang yang pertama kali shalat dhuhur adalah Nabi Ibrahim AS. Yaitu ketika Allah Ta'ala memerintahkan beliau agar menyembelih anaknya Nabi Ismail AS dan ternyata yang disembelih adalah tebusannya (kambing). Kejadian ini pada siang hari yaitu masuknya waktu dhuhur, maka Nabi Ibrahim AS shalat empat rekaat.

Rekaat pertama sebagai wujud syukur atas adanya tebusan (kambing) yang diberikan Allah.

Rekaat kedua sebagai wujud syukur atas hilangnya kesedihan atas anaknya (Nabi Ismail AS tidak jadi disembelih).

Rekaat ketiga untuk menggapai ridha Allah Ta'ala.

Rekaat ke empat wujud syukur karena mendapatkan nikmat yang telah diberikan Allah.

Kambing yang dikirimkan Allah untuk disembelih adalah kambingnya Habil bin Adam yang digunakannya untuk berkurban kepada Allah.

*3. Ashar*

Orang yang pertama shalat ashar adalah Nabi Yunus AS. Yaitu ketika beliau keluar dari perut ikan dalam keadaan seperti anak burung yang baru menetas dan tanpa bulu terjadi pada waktu ashar. Maka beliau shalat empat rekaat sebagai wujud syukur kepada Allah karena telah diselamatkan dari empat kegelapan:

Rekaat pertama diselamatkannya dari kegelapan isi organ pencernaan ikan.

Rekaat kedua diselamatlannya dari kegelapan air laut.

Rekaat ketiga diselamatkannya dari kegelapan malam.

Rekaat keempat diselamatkannya dari kegelapan perut ikan.

*4. Magrib*

Orang yang pertama shalat magrib adalah Nabi Isa AS. Yaitu ketika beliau diselamatkan Allah dari kejahatan kaumnya pada waktu masuk magrib. Kemudian beliau shalat tiga rekaat:

Rekaat pertama sebagai penafian (pengingkaran) adanya tuhan lain yang berhak disembah selain Allah.

Rekaat kedua sebagai pengingkaran (penolakan) atas tuduhan zina kaumnya terhadap ibunya Sayidatuna Maryam RA.

Rekaat ketiga sebagai penetapan dan pengukuhan bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu dan Maha Esa serta hanya satu-satunya tuhan yang berhak disembah.

*5. Isya'*

Orang yang pertama shalat isya' adalah Nabi Musa AS. Yaitu tatkala beliau tersesat ketika mencari jalan keluar dari negeri Madyan (untuk berdakwah kepada Fir'aun). Beliau sangat sedih dan khawatir atas empat hal. Kemudian Allah menghilangkan kesedihan dan kekhawatiran tersebut di waktu isya, maka beliau shalat empat rekaat sebagai wujud syukur kepada Allah:

Rekaat pertama hilangnya kesedihan dan kekhawatiran terhadap istrinya.

Rekaat kedua hilangnya kesedihan dan kekhawatiran terhadap saudaranya Nabi Harun AS.

Rekaat ketiga hilangnya kesedihan dan kekhawatiran terhadap anak-anaknya.

Rekaat keempat hilangnya kesedihan dan kekhawatiran terhadap dahsyatnya kekuatan Fir'aun.

Riwayat diatas menunjukkan bahwa shalat yang diwajibkan kepada kita adalah ibadah yang sudah diwajibkan pada umat-umat sebelum kita.

Betapa banyak nikmat yang telah diberikan Allah Ta'ala kepada kita sehingga kita tidak dapat menghitungnya serta tidak menyadarinya.

Janganlah selalu melihat kepada orang yang diatas kita, janganlah selalu menuruti hawa nafsu duniawi semata. Sebab, hal tersebut dapat menjadikan shalat kita tidak berpengaruh apa-apa dan berdampak positif dalam kehidupan dunia apa lagi kehidupan akhirat.

Mari perbaiki shalat kita, terutama adalah niat dan tujuannya. Allah Ta'ala berfirman:

*إنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ*

_"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar."_ (QS. al-'Ankabut: 45).

Wallahu a'lam...

*_Dinukil dari kitab Sullam al-Munajat Syarh Safinah ash-Shalat karya Syeikh Muhammad Nawawi ibn Umar al-Bantani al-Jawi Rahimahullah Ta'ala (w. 1314 H)._*

*Kediri: Rabu, 29 Rabi'ul Awwal 1441 H / 27 Nopember 2019*

Posting Komentar

0 Komentar